Musik dalam Pembelajaran
Musik adalah pantulan dunia di sekitar kita dan juga orang-orang yang
membuatnya. Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah.
Gemuruh, ombak laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan
musik alam yang sangat indah dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh
musik alam itu bagi kehidupan manusia. (Sari, 2006:90). Pengertian lain
mengatakan bahwa musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan
berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi budaya dan selera seseorang
(http://id.wikipedia.org/wiki/musik).
Sementara pengikut
Pythagoras mendefenisikan musik sebagai persatuan sempurna dari hal-hal
yang berlawanan, persatuan dalam keanekaragaman, keserasian dalam
pertentangan. Karena musik tidak hanya mengkoordinasikan irama dan
modulasi, tetapi mengatur seluruh sistem; ujungnya adalah menyatukan dan
mengkoordinasikan (Montello, 2004:160).
Musik juga merupakan
produk pikiran. Menurut Parker (1990), elemen vibrasi (fisika dan
kosmos) atas frekuensi, bentuk amplitudo dan durasi belum menjadi musik
bagi manusia sampai semua itu ditransformasikan secara neurologis dan
diinterpretasikan melalui otak menjadi pitch, warna suara, keras lembut,
dan waktu (dalam kerangka tonal) (Djohan, 2005:24).
Proses
belajar memerlukan kondisi fisik, mental, dan emosional yang mendukung
information-intake (memasukkan informasi kedalam otak). Kondisi optimal
untuk information-intake adalah saat seseorang dalam keadaan Alfa.
Kondisi Alfa adalah suatu kondisi dimana getaran gelombang otak manusia
berada pada kisaran 8 sampai 12 Hz. Kondisi Alfa optimal adalah
frekuensi 10,5 Hz. Ada beberapa cara unuk bisa masuk kedalam kondisi
Alfa ini. Di antaranya adalah dengan teknik relaksasi, meditasi,
pernafasan, visualisasi, dan mendengarkan musik. Cara yang paling mudah
adalah dengan menggunakan bantuan musik, karena tubuh kita akan
mengikuti ritme musik tersebut (Gunawan, 2004:179)
Para ahli
percaya bahwa pelatihan dengan menggunakan musik membentuk jalur baru di
dalam otak dan memberi lebih dari pada sekedar hubungan sebab akibat
terhadap perkembangan bagian-bagian tertentu dari otak secara jangka
panjang. Musik memicu keterkaitan yang lebih besar dari pada yang dapat
diberikan oleh stimulus lainnya terhadap belahan otak sebelah kiri
dengan yang kanan dan antara bidang-bidang di dalam otak yang
bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Dengan menggunakan musik
sebagai alat untuk memaksimalkan potensi manusia akan merupakan upaya
yang sangat berarti. Karena musik mampu memotivasi dan mendorong
partisipasi dalam kegiatan yang nantinya akan membantu meraih tujuan di
dalam fungsi-fungsi sosial, bahasa dan motorik (Sari, 2005:27-50). Hal
ini juga dikatakan dalam tulisan Campbell (2002:226) bahwa mendengarkan
musik telah terbukti melambatkan laju denyut jantung, mengaktifkan
gelombang-gelombang otak untuk kegiatan berpikir tingkat tinggi dan
menciptakan kondisi mental yang positif, santai, mudah menerima yang
ideal untuk belajar.
Teori pendidikan terbaru yang dikutip
oleh Sari (2005:45-46) mengatakan otak akan bekerja optimal apabila
kedua belahan otak ini dipergunakan secara bersama-sama. Hal ini bisa
dilihat jika anak belajar dengan hanya memanfaatkan otak kiri yang
memiliki fungsi mengolah seputar sains, bisnis dan pendidikan sementara
otak kanannya tidak diaktifkan yang seharusnya memiliki fungsi berfikir,
perasaan, bosan dan mengantuk. Begitu juga mereka yang hanya
memanfaatkan otak kanan tanpa diimbangi dengan pemanfaatan otak kiri,
bisa jadi ia akan banyak menyanyi, mengobrol atau menggambar tetapi
hanya sedikit ilmu yang bisa masuk ke otaknya. Salah satu cara untuk
memadukan fungsi otak kanan dan kiri yaitu menggunakan musik pada saat
menghafal pelajaran.
Metodologi Musical Exposure Towards
(Pembelajaran dengan memaparkan musik pada anak-anak) yang dikutip oleh
Sari (2005: 49), telah didukung oleh kajian ilmiah yang mengungkapkan
bahwa pemaparan terhadap musik akan meningkatkan proses pembelajaran di
dalam pikiran anak-anak. Hal ini didukung pula oleh para ahli yang
berkeyakinan bahwa bermusik (mendengarkan atau bermain musik) ternyata
dapat memberikan nutrisi, dan suara untuk meningkatkan gerakan,
pendengaran dan ekspresi pada anak-anak. Dengan bermusik anak-anak juga
bisa meningkatkan keterampilan dan kreativitasnya, serta mengalami
peningkatan IQ spasialnya.
Musik yang baik adalah sangat
berharga sebagai perangkat pengajaran. Metode pembelajaran yang
menyertakan pemaparan musik kepada anak-anak telah menerapkan seni
memadukan musik dengan pembelajaran ke tingkat pendidikan yang baru dan
lebih tinggi (Sari, 2005:51). Hal ini didukung dengan pernyataan De
Porter, dkk. (2005:73) yang menyatakan bahwa musik berpengaruh pada guru
dan siswa. Sebagai seorang guru, kita dapat menggunakan musik untuk
menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung
lingkungan belajar. Musik membantu siswa bekerja lebih baik dalam
mengingat lebih banyak, musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat
belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Di samping itu kebanyakan
siswa memang mencintai musik.
Selanjutnya para ahli
mempercayai bahwa ada hubungan antara musik dengan perkembangan
kepribadian fisik dan psikis seseorang. Pengaruh ini tidak hanya dimulai
setelah lahir, melainkan sejak anak masih dalam kandungan (Sari,
2005:2). Penggunaan musik bagi siswa yang sedang membaca informasi atau
materi pelajaran, menyanyikan kalimat materi pelajaran yang penting,
memutar musik ketika siswa berdiskusi dimana suara musik sama besarnya
dengan suara yang dikeluarkan siswa, dan masih banyak lagi cara lain
yang bisa dilakukan dengan menggunakan musik untuk pembelajaran (De
Porter, dkk. 2005:73-74).
Menurut Ortiz (2002:86) penggunaan
musik dalam pembelajaran berguna untuk: 1). memotivasi anak untuk
berlatih, 2). meningkatkan kepekaan tubuh, 3). mengaktifkan tumbuhnya
keterampilan motorik besar, 4). meningkatkan koordinasi, 5).
mengembangkan rasa percaya diri dan harga diri, 6). bertindak sebagai
katalis untuk improvisasi imajinatif, 7). memperkenalkan dan
mempertahankan struktur dalam kegiatan-kegiatan yang teratur, 8).
berfungsi sebagai sumber kebahagiaan dan kesenangan, 9). mendorong
terjadinya hubungan sosial, dan 10). menciptakan lingkungan yang
terkendali dimana pengungkapan diri bisa diwujudkan.
Howard
Gardner dari Harvard yang dikutip oleh Campbell (2002:220) menyatakan
dalam bukunya Introduction to the Musical Brain, dengan penuh semangat
mendukung pendapat bahwa
semakin seorang anak mendapat perangsangan
melalui musik, gerakan dan kesenian, semakin cerdaslah dia itu nantinya.
Musik membawa suasana positif dan santai bagi banyak kelas, juga
memungkinkan integrasi indera yang diperlukan untuk ingatan jangka
panjang. Pada tahun 1972 dan 1992, tiga pendidik yang berasosiasi dengan
Future of Music Project menemukan bahwa pelajaran musik membantu
membaca, bahasa (termasuk bahasa asing), Sains dan prestasi akademik
keseluruhan. Hal ini dikarenakan irama dan nada dari musik dapat
membantu untuk berpikir logis, mengingat konsep-konsep baru dalam waktu
lebih lama.
Musik disebut juga alat terapi dimana hasil riset
menunjukkan bahwa musik dapat mengharmoniskan dan mengembangkan semua
irama dari badan kita, termasuk denyut jantung, kecepatan bernafas,
tekanan darah, frekuensi, gelombang otak dan kecepatan respiratory
primer, selanjutnya para peneliti juga menemukan bahwa musik dalam
menjadi terapi yang baik untuk orang yang mengalami stress, karena
ketika kita mengalami stress, tubuh memproduksi hormon kortisol dalam
jumlah besar, yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Mendengarkan
suara musik yang menyenangkan, meningkatkan status dalam keadaan santai
mengurangi jumlah kortisol dalam aliran darah dan meningkatkan produksi
antibodi spesifik yang memperkuat sistem kekebalan tubuh dan melindungi
badan terhadap infeksi serta penyakit (Montello, 2004:44-47).
Musik dapat mengajari manusia tentang kebiasaan belajar yang baik,
membantunya mengingatkan fakta-fakta dengan mudah baik secara visual dan
aural dalam bergerak, mencipta dan berinteraksi dengan kelembutan dan
kepekaan dalam mengekspresikan emosi dan membebaskan diri dari stress
(Campbell, 2002:17)
Sebenarnya musik telah digunakan oleh
orang Yunani kuno untuk memudahkan mereka menghafal. Namun entah apa
sebabnya, selama separuh abad yang silam teknik ini banyak dilupakan di
sekolah-sekolah (Campbell, 2002:86). Karenanya pada kesempatan
penelitian ini, penulis ingin mengembalikan musik ke tengah-tengah
pendidikan.
sumber: http://lembaga-pendidikan-pengabdian-knpi.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar