Senin, 21 Maret 2016

Artikel Kegunaan Musik dalam Pembelajaran

Musik dalam Pembelajaran

Musik adalah pantulan dunia di sekitar kita dan juga orang-orang yang membuatnya. Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh, ombak laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia. (Sari, 2006:90). Pengertian lain mengatakan bahwa musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi budaya dan selera seseorang (http://id.wikipedia.org/wiki/musik).

Sementara pengikut Pythagoras mendefenisikan musik sebagai persatuan sempurna dari hal-hal yang berlawanan, persatuan dalam keanekaragaman, keserasian dalam pertentangan. Karena musik tidak hanya mengkoordinasikan irama dan modulasi, tetapi mengatur seluruh sistem; ujungnya adalah menyatukan dan mengkoordinasikan (Montello, 2004:160).

Musik juga merupakan produk pikiran. Menurut Parker (1990), elemen vibrasi (fisika dan kosmos) atas frekuensi, bentuk amplitudo dan durasi belum menjadi musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasikan secara neurologis dan diinterpretasikan melalui otak menjadi pitch, warna suara, keras lembut, dan waktu (dalam kerangka tonal) (Djohan, 2005:24).

Proses belajar memerlukan kondisi fisik, mental, dan emosional yang mendukung information-intake (memasukkan informasi kedalam otak). Kondisi optimal untuk information-intake adalah saat seseorang dalam keadaan Alfa. Kondisi Alfa adalah suatu kondisi dimana getaran gelombang otak manusia berada pada kisaran 8 sampai 12 Hz. Kondisi Alfa optimal adalah frekuensi 10,5 Hz. Ada beberapa cara unuk bisa masuk kedalam kondisi Alfa ini. Di antaranya adalah dengan teknik relaksasi, meditasi, pernafasan, visualisasi, dan mendengarkan musik. Cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan bantuan musik, karena tubuh kita akan mengikuti ritme musik tersebut (Gunawan, 2004:179)

Para ahli percaya bahwa pelatihan dengan menggunakan musik membentuk jalur baru di dalam otak dan memberi lebih dari pada sekedar hubungan sebab akibat terhadap perkembangan bagian-bagian tertentu dari otak secara jangka panjang. Musik memicu keterkaitan yang lebih besar dari pada yang dapat diberikan oleh stimulus lainnya terhadap belahan otak sebelah kiri dengan yang kanan dan antara bidang-bidang di dalam otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Dengan menggunakan musik sebagai alat untuk memaksimalkan potensi manusia akan merupakan upaya yang sangat berarti. Karena musik mampu memotivasi dan mendorong partisipasi dalam kegiatan yang nantinya akan membantu meraih tujuan di dalam fungsi-fungsi sosial, bahasa dan motorik (Sari, 2005:27-50). Hal ini juga dikatakan dalam tulisan Campbell (2002:226) bahwa mendengarkan musik telah terbukti melambatkan laju denyut jantung, mengaktifkan gelombang-gelombang otak untuk kegiatan berpikir tingkat tinggi dan menciptakan kondisi mental yang positif, santai, mudah menerima yang ideal untuk belajar.

Teori pendidikan terbaru yang dikutip oleh Sari (2005:45-46) mengatakan otak akan bekerja optimal apabila kedua belahan otak ini dipergunakan secara bersama-sama. Hal ini bisa dilihat jika anak belajar dengan hanya memanfaatkan otak kiri yang memiliki fungsi mengolah seputar sains, bisnis dan pendidikan sementara otak kanannya tidak diaktifkan yang seharusnya memiliki fungsi berfikir, perasaan, bosan dan mengantuk. Begitu juga mereka yang hanya memanfaatkan otak kanan tanpa diimbangi dengan pemanfaatan otak kiri, bisa jadi ia akan banyak menyanyi, mengobrol atau menggambar tetapi hanya sedikit ilmu yang bisa masuk ke otaknya. Salah satu cara untuk memadukan fungsi otak kanan dan kiri yaitu menggunakan musik pada saat menghafal pelajaran.

Metodologi Musical Exposure Towards (Pembelajaran dengan memaparkan musik pada anak-anak) yang dikutip oleh Sari (2005: 49), telah didukung oleh kajian ilmiah yang mengungkapkan bahwa pemaparan terhadap musik akan meningkatkan proses pembelajaran di dalam pikiran anak-anak. Hal ini didukung pula oleh para ahli yang berkeyakinan bahwa bermusik (mendengarkan atau bermain musik) ternyata dapat memberikan nutrisi, dan suara untuk meningkatkan gerakan, pendengaran dan ekspresi pada anak-anak. Dengan bermusik anak-anak juga bisa meningkatkan keterampilan dan kreativitasnya, serta mengalami peningkatan IQ spasialnya.

Musik yang baik adalah sangat berharga sebagai perangkat pengajaran. Metode pembelajaran yang menyertakan pemaparan musik kepada anak-anak telah menerapkan seni memadukan musik dengan pembelajaran ke tingkat pendidikan yang baru dan lebih tinggi (Sari, 2005:51). Hal ini didukung dengan pernyataan De Porter, dkk. (2005:73) yang menyatakan bahwa musik berpengaruh pada guru dan siswa. Sebagai seorang guru, kita dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu siswa bekerja lebih baik dalam mengingat lebih banyak, musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Di samping itu kebanyakan siswa memang mencintai musik.

Selanjutnya para ahli mempercayai bahwa ada hubungan antara musik dengan perkembangan kepribadian fisik dan psikis seseorang. Pengaruh ini tidak hanya dimulai setelah lahir, melainkan sejak anak masih dalam kandungan (Sari, 2005:2). Penggunaan musik bagi siswa yang sedang membaca informasi atau materi pelajaran, menyanyikan kalimat materi pelajaran yang penting, memutar musik ketika siswa berdiskusi dimana suara musik sama besarnya dengan suara yang dikeluarkan siswa, dan masih banyak lagi cara lain yang bisa dilakukan dengan menggunakan musik untuk pembelajaran (De Porter, dkk. 2005:73-74).

Menurut Ortiz (2002:86) penggunaan musik dalam pembelajaran berguna untuk: 1). memotivasi anak untuk berlatih, 2). meningkatkan kepekaan tubuh, 3). mengaktifkan tumbuhnya keterampilan motorik besar, 4). meningkatkan koordinasi, 5). mengembangkan rasa percaya diri dan harga diri, 6). bertindak sebagai katalis untuk improvisasi imajinatif, 7). memperkenalkan dan mempertahankan struktur dalam kegiatan-kegiatan yang teratur, 8). berfungsi sebagai sumber kebahagiaan dan kesenangan, 9). mendorong terjadinya hubungan sosial, dan 10). menciptakan lingkungan yang terkendali dimana pengungkapan diri bisa diwujudkan.

Howard Gardner dari Harvard yang dikutip oleh Campbell (2002:220) menyatakan dalam bukunya Introduction to the Musical Brain, dengan penuh semangat mendukung pendapat bahwa
semakin seorang anak mendapat perangsangan melalui musik, gerakan dan kesenian, semakin cerdaslah dia itu nantinya. Musik membawa suasana positif dan santai bagi banyak kelas, juga memungkinkan integrasi indera yang diperlukan untuk ingatan jangka panjang. Pada tahun 1972 dan 1992, tiga pendidik yang berasosiasi dengan Future of Music Project menemukan bahwa pelajaran musik membantu membaca, bahasa (termasuk bahasa asing), Sains dan prestasi akademik keseluruhan. Hal ini dikarenakan irama dan nada dari musik dapat membantu untuk berpikir logis, mengingat konsep-konsep baru dalam waktu lebih lama.

Musik disebut juga alat terapi dimana hasil riset menunjukkan bahwa musik dapat mengharmoniskan dan mengembangkan semua irama dari badan kita, termasuk denyut jantung, kecepatan bernafas, tekanan darah, frekuensi, gelombang otak dan kecepatan respiratory primer, selanjutnya para peneliti juga menemukan bahwa musik dalam menjadi terapi yang baik untuk orang yang mengalami stress, karena ketika kita mengalami stress, tubuh memproduksi hormon kortisol dalam jumlah besar, yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Mendengarkan suara musik yang menyenangkan, meningkatkan status dalam keadaan santai mengurangi jumlah kortisol dalam aliran darah dan meningkatkan produksi antibodi spesifik yang memperkuat sistem kekebalan tubuh dan melindungi badan terhadap infeksi serta penyakit (Montello, 2004:44-47).

Musik dapat mengajari manusia tentang kebiasaan belajar yang baik, membantunya mengingatkan fakta-fakta dengan mudah baik secara visual dan aural dalam bergerak, mencipta dan berinteraksi dengan kelembutan dan kepekaan dalam mengekspresikan emosi dan membebaskan diri dari stress (Campbell, 2002:17)

Sebenarnya musik telah digunakan oleh orang Yunani kuno untuk memudahkan mereka menghafal. Namun entah apa sebabnya, selama separuh abad yang silam teknik ini banyak dilupakan di sekolah-sekolah (Campbell, 2002:86). Karenanya pada kesempatan penelitian ini, penulis ingin mengembalikan musik ke tengah-tengah pendidikan.

sumber: http://lembaga-pendidikan-pengabdian-knpi.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar